I. Aspek Psikologis dari Individu Pengguna
Internet
Saat ini media sosial dan game online adalah sebagian kecil yang sedang
marak digunakan oleh anak-anak, remaja dan orang dewasa di seluruh dunia. Dampak positif dari
penggunaan internet adalah memudahkan mencari informasi, berkomunikasi,
berbisnis dan masih banyak hal lain yang menyenangkan yang timbul dari
internet. tetapi tidak selamanya internet berdampak positive bagi penggunanya.
beberapa dampak negative dari internet adalah penggunaan internet yang
berlebihan bisa membuat seseorang lupa waktu,internet memudahkan seseorang
untuk mencari informasi sehingga dapat menimbulkan rasa malas, memudahkan
anak-anak dibawah umur mengakses beberapa situs porno,bahkan penggunaan
internet bisa membuat anak untuk malas belajar ataupun malas sekolah.
Contohnya : Facebook, Path, Twitter, Point Blank, dll.
Mereka yang memiliki akun jejaring sosial bertujuan untuk berbagi privacy hidup
dengan kerabat atau juga dunia luar. Namun ada juga yang hanya ikut-ikutan
dengan orang-orang kelompok sosialnya (kerabat). Tetapi seringkali sebagian
dari pengguna media sosial memilih untuk tidak memakai identitas asli alias
nama samaran atau bisa disebut juga anonim, begitu juga dengan pengguna game
online mereka juga seang bermain game dengan menggunakan nama samaran. Hal ini
dilakukan untuk sekedar menjaga reputasi diri. Dimana seseorang ingin meluapkan
emosinya di dunia maya tanpa diketahui siapa sebenarnya pemilik akun jejaring
sosial tersebut.
II. Aspek Demografis dari
Individu Pengguna Internet
Gender
Pengaruh
gender di internet pada umumnya wanita yang sering bermain dengan internet,
misalnya facebook, twitter dan lain-lain. Wanita selalu memposting lebih banyak
daripada pria, karena wanita terlalu sensitive pada apa yang sedang terjadi dan
sangat emosional. Pada pria lebih cenderung ke forum atau game online. Pria
juga senang berjam-jam untuk melakukan hal itu. Internet juga bisa membuat para
pria terpengaruh oleh fashion jaman sekarang. Contohnya dari Korea, bisa saja
mereka membuat para pria mengenakan fashion itu, tetapi dari sudut pandang
wanita fashion itu tidak cocok untuk mereka yang pria jantan, contohnya dari
gaya rambut. Jaman sekarang para pria banyak yang mengikuti gaya rambut dari
negara luar, padahal gaya rambut itu membuat mereka terlihat seperti wanita.
Semakin berkembangnya internet dan globalisasi membuat banyak yang pria
seakan-akan menjadi wanita dan wanita seperti pria.
Usia
Umur atau usia adalah
satuan waktu yang
mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk,
baik yang hidup maupun
yang mati.
Semisal, umur manusia dikatakan
lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu
dihitung. Oleh yang demikian, umur itu diukur dari tarikh ianya lahir sehingga
tarikh semasa(masakini). Manakala usia pula diukur dari tarikh kejadian itu
bermula sehinggalah tarikh semasa(masa kini).
Internet
juga membawa pengaruh yang signifikan bagi semua kalangan. Oleh karena itu,
tidak hanya orang dewasa saja yang sudah mengenal internet tapi anak-anak juga,
bahkan mereka sudah bisa menggunakannya secara langsung.
Pemanfaatan
Internet tentu harus di sesuaikan dengan tingkat usia anak. Usia anak SD
rata-rata berkisar antara 7-13 tahun. Dan tingkatan itu semua memiliki cara
penanganan yang berbeda. Berikut tahap pengenalan Internet pada anak sesuai
tingkat usianya.
USIA 4 - 7 TAHUN
Anak
mulai tertarik untuk melakukan eksplorasi sendiri. Meskipun demikian, peran
orang tua masih sangat penting untuk mendampingi ketika anak menggunakan
Internet. Dalam usia ini, orang tua harus mempertimbangkan untuk memberikan
batasan-batasan situs yang boleh dikunjungi, berdasarkan pengamatan orang tua
sebelumnya. Untuk mempermudah hal tersebut, maka orang tua bisa menyarankan
kepada anaknya untuk menjadikan sebuah direktori atau search engine khusus
anak-anak
USIA 7 - 10 TAHUN
Dalam
masa ini, anak mulai mencari informasi dan kehidupan sosial di luar keluarga
mereka. Inilah saatnya dimana faktor pertemanan dan kelompok bermain memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan seorang anak. ada masa ini, fokus
orang tua bukanlah pada apa yang dikerjakannya di Internet, tetapi berapa lama
dia menggunakan Internet.
USIA 10-12 TAHUN
Pada
masa pra-remaja ini, anak yang membutuhkan lebih banyak pengalaman dan
kebebasan. Inilah saat yang tepat untuk mengenalkan fungsi Internet untuk
membantu tugas sekolah ataupun menemukan hal-hal yang berkaitan dengan hobi
mereka. Pada usia ini, sangatlah penting untuk menekankan konsep kredibilitas.
Anak-anak perlu memahami bahwa tidak semua yang dilihatnya di Internet adalah
benar dan bermanfaat, sebagaimana belum tentu apa yang disarankan oleh
teman-temannya memiliki nilai positif.
USIA 12-14 TAHUN
Inilah
saat anak-anak mulai aktif menjalani kehidupan sosialnya. Bagi yang menggunakan
Internet, kebanyakan dari mereka akan tertarik dengan online chat (chatting).
Masa ini merupakan masa yang tepat bagi kebanyakan orang tua untuk bercerita
dan berbagi informasi tentang hal-hal seksual kepada anaknya. Tetapi di sisi
lain, pemasangan software filter secara diam-diam ataupun tanpa persetujuan sang
anak, bisa berdampak pada timbulnya resistansi sang anak kepada orang tua.
USIA 14-17 TAHUN
Masa
ini adalah masa yang paling menarik dan menantang dalam kehidupan seorang anak
remaja dan orangtua. Seorang remaja akan mulai matang secara fisik, emosi dan
intelektual. Mereka haus akan pengalaman yang terbebas dari orangtua.
Ikatan-ikatan dengan keluarga tidak terlalu diperketat lagi, tetapi tetap tidak
menghilangkan peranan pengawasan orangtua.
Kelompok
anak-anak akhir menunjukkan nilai tertinggi pada faktor eksplorasi diri dan
pemaparan diri. Kelompok anak-anak akhir ini menyukai pertemanan melalui dunia
maya karena mendapatkan banyak teman baru dari interaksi ini. Anak-anak
akhir juga menunjukkan perilaku sharing melalui dunia maya yang lebih tinggi
dibandingkan kelompok lainnya.
Kelompok
dewasa mempunyai nilai tertinggi pada faktor manajemen impresi dibandingkan
kedua kelompok lainnya. Kelompok dewasa muda melakukan lebih banyak pengaturan
presentasi diri berdasarkan evaluasi feedback lingkungan kepadanya.
Kelompok
dewasa muda dan remaja menunjuk-kan skor yang lebih tinggi pada faktor
pertimbangan interaksi dibandingkan dengan kelompok anak. Hal ini terkait aspek
perkembangan kognitif yang belum sempurna pada anak-anak dan mengindikasikan
perlunya pendampingan orang dewasa dalam interaksi anak-anak dengan dunia maya.
Perbedaan
tujuan interaksi, eksplorasi diri dan identitas dapat dijelaskan bahwa anakanak
akhir mempunyai tujuan interaksi “bermain”. Anak laki-laki cenderung bermain game
online sementara anak-anak perempuan menyukai kegiatan sosialisasi di jejaring
sosial dan menjelajah untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan atau dipakai
oleh tokoh idola/teman favoritnya. Remaja mempunyai tujuan utama beraktivitas
sosial komunikasi. Dewasa muda berinteraksi dengan tujuan sosial komunikasi dan
instrumental dengan pertimbangan yang lebih kompleks.
Anak-anak
akhir mempersepsi interaksi ini sebagai kegiatan yang “fun.” Remaja
mempertimbangkan interaksi ini sebagai aktivitas sosial yang dilakukan demi
kepentingan sosial itu sendiri. Kelompok dewasa melakukan pertimbangan lebih
seksama dalam memilih aktivitas interaksi. Kelompok anak-anak akhir
bereksplorasi identitas dengan mengganti foto (profile picture) secara teratur
ataupun menggunakan nama-nama yang disukai agar terlihat “fresh” dan bisa
“fit in” dengan lingkungan sosial yang bernilai untuknya. Kelompok remaja
bereksplorasi identitas agar terlihat “cool” di lingkungannya untuk kemudian
menemukan identitas yang paling sesuai, banyak menggunakan asosiasi BirGing
(basking in reflected glory) sebagai cara presentasi dirinya. Kelompok dewasa
awal bereksplorasi identitas untuk mengurangi tegangantegangan yang terjadi
karena adanya daya tarik menarik antara konsep diri dan pengaruh lingkungan.
Kelompok
dewasa awal ini ditemukan paling banyak melakukan multiplicity pada identitas
onlinenya, menciptakan manifes-manifes identitas online yang berbeda-beda untuk
memfasilitasi kepentingan tertentu.
Budaya
Munculnya
teknologi sebagai tuhan baru bagi para manusia komputeris akan membuat
hilangnya budaya primordial yang menganggap kesakralan berada di tangan alam
dan manusia itu sendiri. Tidak hanya itu, kondisi ‘autis’ para manusia
komputeris ini juga membuat mereka tidak lagi peka terhadap kejadian sosial
yang menimpa masyarakat lain.
Contoh
Positif:
Menambah
wawasan dan pengetahuan dari berbagai bidang dari seluruh dunia. Bagi para
pelajar juga sangat banyak manfaat yang bisa diambil, banyak informasi yang
berkaitan dengan pelajaran yang bisa didapat
di
internet, dan tidak diperoleh di bangku sekolah karena keterbatasan waktu
mengajar guru. Bukan sekedar prestasi di sekolah yang harus dikejar, hanya
semata-mata mengejar nilai bagus di atas kertas, tanpa tahu harus bagaimana
kedepannya. Dengan banyaknya wawasan yang didapat dari internet, akan membuka
jalan pikiran yang lebih luas dan maju.
Negatif:
Michelle
Weil, seorang Psikolog dan pengarang buku terkenal, memberikan contoh konkrit
tentang seorang gadis yang dijauhi oleh teman-temannya lalu kemudian
menghabiskan waktu untuk mojok berchatting-ria dengan menampilkan karakter yang
sangat kontradiktif dengan karakter aslinya. Akibatnya, lama kelamaan ia
semakin jauh dengan kenyataaan sosial yang ada, bahkan tidak bisa menerima diri
apa adanya. Menurut pakar psikoanalisa terkenal seperti Erich Fromm, kondisi
demikian dinamakan neurosis. Kondisi neurosis yang berkepanjangan akan
mengakibatkan gangguan jiwa yang serius. Michelle lebih lanjut menambahkan,
bahaya latennya adalah terbentuknya kepribadian online yang berbeda dengan yang
asli.
III.
Internet Addiction Disorder
Internet
addiction disorder adalah penggunaan secara berlebihan dalam kehidupan
sehari-hari.seseorang yang kecanduan internet terlihat dari banyaknyawaktu yang
mereka gunakan untuk online atau bermain internet tanpa peduli bahkan lupa
dengan aktivitas lainnya bahkan kehiddupan sekitar . gangguan dalam kecanduan
internet yaitu pornografi,judi online,game online,chatting dll.
Cara
mencegahg kuat tips
Ø Melakukan
hal yang disenangi (hobi)
Ø Hapus
aplikasi yang digunakan oleh anak-anak dari diri sendiri.
Ø Mengatur
waktu
Ø Mengurangi
kontak social di social media
Ø Sering
membeca artikel , situs atau buku dan juga mengikuti sosialisasi mengenai
bahaya.
Ø Sering
bertemu dan berinteraksi dengan teman secara langsung.
Solusi
Kecanduan Internet
·
Niat yang kuat
Suatu
pangkal usaha kita karena tanpa niat yang kuattips-tips selanjutnya tidak akan
berguna.
·
Cari tau masalahnya
Masalah
yang seperti ini yang harus ditemukan dan menggantinya dengan metode lain yang
lebih baik.
·
Ubah pola kebiasaan online
Jika
kebiasaan kita menghabiskan waktu seharian untuk berinternet yang belum tentu
arahnya, maka kia harus merubah kebiasaan itu dengan membuat pola yang baru
dimana misalkan membaca email sebagai prioritas.
·
Atur ulang jadwal rutinitas
Biasaanya
orang yangkecanduan internet tidak mempunyai jadal yang teratur dalam
keseharian aktivitasnya,oleh karena itu kita harus mulai mengatur ulang jadwal
rutinitas kita dengan proposional.
IV.
etika dalam penelitian internet
Adanya peraturan yang harus dilakukan dalam etika penelitian
dalam Internet
1.Menghormati martabat subjek penelitian
Penelitian yang dilakukan harus manjunjung tinggi martabat seseorang (subjek penelitian). Dalam melakukan penelitian, hak asasi subjek harus dihargai.
2. Asas kemanfaatan.
Penelitian yang dilakukan harus mepertimbangkan manfaat dan resiko yang mungkin terjadi. Penelitian boleh dilakukan apabila manfaat yang diperoleh lebih besar daripada resiko/dampak negatif yang akan terjadi. Selain itu, penelitian yang dilakukan tidak boleh membahayakan dan harus menjaga kesejahteraan manusia.
3. Berkeadilan.
Dalam melakukan penelitian, setiap orang diberlakukan sama berdasar moral, martabat, dan hak asasi manusia. Hak dan kewajiban peneliti maupun subjek juga harus seimbang.
4. Informed consent.
Informed consent merupakan pernyataan kesediaan dari subjek penelitian untuk diambil datanya dan ikut serta dalam penelitian.
Aspek utama informed consent yaitu informasi, komprehensif, dan volunterness. Dalam informed consent harus ada penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan. Baik mengenai tujuan penelitian, tatacara penelitian, manfaat yang akan diperoleh, resiko yang mungkin terjadi, dan adanya pilihan bahwa subjek penelitian dapat menarik diri kapan saja.
1.Menghormati martabat subjek penelitian
Penelitian yang dilakukan harus manjunjung tinggi martabat seseorang (subjek penelitian). Dalam melakukan penelitian, hak asasi subjek harus dihargai.
2. Asas kemanfaatan.
Penelitian yang dilakukan harus mepertimbangkan manfaat dan resiko yang mungkin terjadi. Penelitian boleh dilakukan apabila manfaat yang diperoleh lebih besar daripada resiko/dampak negatif yang akan terjadi. Selain itu, penelitian yang dilakukan tidak boleh membahayakan dan harus menjaga kesejahteraan manusia.
3. Berkeadilan.
Dalam melakukan penelitian, setiap orang diberlakukan sama berdasar moral, martabat, dan hak asasi manusia. Hak dan kewajiban peneliti maupun subjek juga harus seimbang.
4. Informed consent.
Informed consent merupakan pernyataan kesediaan dari subjek penelitian untuk diambil datanya dan ikut serta dalam penelitian.
Aspek utama informed consent yaitu informasi, komprehensif, dan volunterness. Dalam informed consent harus ada penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan. Baik mengenai tujuan penelitian, tatacara penelitian, manfaat yang akan diperoleh, resiko yang mungkin terjadi, dan adanya pilihan bahwa subjek penelitian dapat menarik diri kapan saja.
V . Faktor Penyebab Plagiat & Upaya Tidak Plagiat
Plagiat atau Plagiarisme internet adalah
penciplakan atau penggunaan semula karya yang didapati melalui laman
internet, menjadikan idea orang lain sebagai hak sendiri tanpa sebarang kredit
diberikan kepada penulis asal dan karya asal. Kata ‘Plagiat’ itu sendiri
berasal daripada perkataan bahasa Inggeris ‘Plagiarism’ yang terhasil daripada
perkataan Latin, ‘Plagiarius’, dan perkataan Greek ‘Plagion’. Kata ‘Plagion’
ini membawa maksud menculik atau mencuri sesuatu atau seseorang. Kamus Dewan
pula mendefinasikan plagiat sebagai perbuatan meniru, mencontoh karangan
(tulisan, hasil kerja orang lain) atau mengutip karangan orang lain (tanpa izin
penulis asal). Plagiat juga dianggap sebagai mencedok,yaitu mencedok ciptaan
orang lain dan menyiarkannya sebagai ciptaan sendiri.
Terdapat beberapa faktor penyebab mengapa
seseorang itu melakukan plagiat. Antaranya seperti yang berikut:
1. Kesuntukan masa dan tiada idea dalam menyiapkan sesuatu tugasan
2. Tiada kemahiran dalam melakukan penyelidikan
3. Sikap mereka yang melakukan plagiat itu sendiri
4. Kurang pendedahan tentang plagiat dan undang-undang hak cipta
1. Kesuntukan masa dan tiada idea dalam menyiapkan sesuatu tugasan
2. Tiada kemahiran dalam melakukan penyelidikan
3. Sikap mereka yang melakukan plagiat itu sendiri
4. Kurang pendedahan tentang plagiat dan undang-undang hak cipta
Upaya Untuk Mengurangi
Tindak Plagiat
Ditinjau dari faktor-faktor yang telah diuraikan diatas, penyebabkan plagiat tetap berlangsung di kalangan mahasiswa, ada beberapa upaya yang harus di lakukan oleh mahasiswa untuk mengurangi plagiat ialah sebagai berikut:
Mempelajari tata cara penulisan karya ilmiah.
Di dalam kehidupan sebagai mahasiswa kita harus selalu membaca. Kita pasti mendapatkan buku panduan untuk membuat sebuah karya tulis ilmiah. Sehingga kita baca dan pahami bagaimana tatacara dalam membuat sebuah karya tulis ilmiah.Tindakan yang tegas bagi para plagiator.
Hukum harus bertidak tegas terhadap para plagiator. Jangan pandang bulu. Sehingga dalam penegakan hukum dapat berjalan dengan lancar dan membuat jera para plagiator. Menanamkan moral anti plagiat dalam diri sendiri.Penanaman moral anti plagiat sangat penting sekali. Mereka harus percaya diri dalam mengerjakan tugas. Bukan nilai yang baik dalam mengerjakn tugas, tetapi ilmu yang bermanfaatlah yang kita cari. Sehingga terdi sifat menghargai antar karya seseorang.
Beberapa upaya telah dilakukan institusi perguruan tinggi untuk menghindarikan masyarakat akademisnya, dari tindakan plagiarisme, sengaja maupun tidak sengaja. Berikut ini, pencegahan dan berbagai bentuk pengawasan yang dilakukan antara lain (Permen Diknas No. 17 Tahun 2010 Pasal 7):
Ditinjau dari faktor-faktor yang telah diuraikan diatas, penyebabkan plagiat tetap berlangsung di kalangan mahasiswa, ada beberapa upaya yang harus di lakukan oleh mahasiswa untuk mengurangi plagiat ialah sebagai berikut:
Mempelajari tata cara penulisan karya ilmiah.
Di dalam kehidupan sebagai mahasiswa kita harus selalu membaca. Kita pasti mendapatkan buku panduan untuk membuat sebuah karya tulis ilmiah. Sehingga kita baca dan pahami bagaimana tatacara dalam membuat sebuah karya tulis ilmiah.Tindakan yang tegas bagi para plagiator.
Hukum harus bertidak tegas terhadap para plagiator. Jangan pandang bulu. Sehingga dalam penegakan hukum dapat berjalan dengan lancar dan membuat jera para plagiator. Menanamkan moral anti plagiat dalam diri sendiri.Penanaman moral anti plagiat sangat penting sekali. Mereka harus percaya diri dalam mengerjakan tugas. Bukan nilai yang baik dalam mengerjakn tugas, tetapi ilmu yang bermanfaatlah yang kita cari. Sehingga terdi sifat menghargai antar karya seseorang.
Beberapa upaya telah dilakukan institusi perguruan tinggi untuk menghindarikan masyarakat akademisnya, dari tindakan plagiarisme, sengaja maupun tidak sengaja. Berikut ini, pencegahan dan berbagai bentuk pengawasan yang dilakukan antara lain (Permen Diknas No. 17 Tahun 2010 Pasal 7):
Daftar pustaka
anisatriananda.blogspot.co.id
http://renterendivo.blogspot.com/2012/11/etika-penelitian-dalam-internet.html
http://beta.lib.ugm.ac.id/ind/?page_id=327
http://beta.lib.ugm.ac.id/ind/?page_id=327